Sabtu, 02 Mei 2015

Trenggiling jawa


Tahukah Anda, bahwa keberadaan si Mamalia bersisik Manis javanica kini Semakin Terancam?
Kegiatan eksploitasi satwa secara berlebihan, seperti halnya perburuan dan pemanenan langsung dari alam yang dilakukan secara terus menerus, serta pemanfaatan tanpa diikuti dengan usaha budidaya mengakibatkan populasi satwa tertentu semakin menurun bahkan terancam punah. Salah satu contohnya yaitu si Mamalia bersisik ini nih alias si Manis javanica. 
Untuk lebih jelasnya yuuk kita simak info lengkapnya :)
Deskripsi 
Trenggiling merupakan salah satu mamalia nokturnal unik di Asia termasuk di Indonesia. Hewan ini bersifat soliter, tubuhnya ditutupi sisik yang terdiri dari keratin yang tersusun sangat keras kecuali di bagian bawah perutnya. Bentuk kepala kecil dan tirus ke arah ujung moncongnya, plus mata dengan kelopak mata tebal. Bentuk tubuhnya memanjang, ukuran tubuh dari kepala hingga pangkal ekor berkisar 50-55 cm dan panjang ekor berkisar 35-45 cm, memiliki dua pasang kaki yang pendek dilengkapi cakar yang kuat berguna untuk menggali tanah dan menghancurkan sarang semut dan rayap (Mike dan Briggs, 2006 ; Payne dan Francis, 1998).
Bobot badannya berkisar 5-7 kg. Ekornya berotot kuat berfungsi juga sebagai lengan (prehensil) untuk berpegangan waktu memanjat pohon (Corbet dan Hill, 1992). Aktivitas yang biasa dilakukan trenggiling di siang hari adalah beristirahat atau tidur di lubang-lubang di bawah tanah atau di pohon. Makanan utama hewan ini adalah semut, rayap dan serangga lainnya. Daya penciuman yang tajam menjadi salah satu faktor pendukung bagi trenggiling dalam mencari makanan (Lekagul dan McNeely, 1997).
Sunda-pangolin-side-view
Gambar 1. Trenggiling jawa (Manis javanica)
(Sumber : www.arkive.org)

Manis javanica merupakan spesies trenggiling yang dapat ditemukan di Indonesia. Persebarannya adalah di hutan Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, dan beberapa pulau kecil di sekitarnya. Adapun klasifikasi trenggiling menurut IUCN (2011)  adalah sebagai berikut:
Kingdom          : Animalia
Filum               : Chordata
Kelas               : Mamalia
Ordo                 : Pholidota
Famili              : Manidae
Genus               : Manis
Spesies             : Manis javanica, Desmarest 1822
Gambar 3. Trenggiling Jawa
Gambar 2. Trenggiling (Manis javanica)
(Sumber: www.iucnredlist.org)

Hingga saat ini telah tercatat 8 jenis trenggiling dari suku Manidae, marga Manis, yaitu Manis crassicaudata (Indian pangolin hidup di India dan Srilangka), M. culionensis (Palawan pangolin hidup di Philippina), M. gigantea (Giant pangolin hidup di Afrika), M. javanica(Sunda/Malayan pangolin, hidup di Indonesia, Malaysia, dan Indochina), M. pentadactyla (Chinese pangolin hidup di Nepal, Himalaya Timur, Myanmar dan China), M. temminckii (Cape pangolin hidup di Asia), M. tetradactyla (Long-tailed pangolin hidup di Asia), dan M. tricuspis (Tree pangolin hidup di Asia).
Gambar 2. Perkiraan wilayah persebaran trenggiling Jawa
Gambar 3. Perkiraan wilayah persebaran trenggiling Jawa (Manis javanica).
(sumber : www.savepangolins.org)
Trenggiling merupakan salah satu mamalia yang dilindungi di Indonesia sejak tahun 1931, berdasarkan ordonansi Peraturan Perlindungan Binatang Liar 1931 No. 266 dan diperkuat oleh Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 yang dipertegas dengan surat Keputusan Menteri Kehutanan No.301/Kpts-II/1991 dan No. 882/Kpts-II/1992.Selain itu, satwa ini juga menerima perlindungan berdasarkan Peraturan Pemerintah tentang Konservasi di Flora dan Fauna No 7 (1999).Karena sampai saat ini kondisi populasi trenggiling di alam bebas berada dalam ancaman yang sangat tinggi.
Faktor utama yang menjadi penyebab menurunnya populasi trenggiling di Indonesia tidak lain karena kegiatan manusia yang mengeksploitasi satwa ini secara berlebihan. Pemanenan dan perburuan trenggiling langsung dari alam yang dilakukan secara terus menerus, perdagangan yang tidak terkontrol serta pemanfaatan tanpa diikuti usaha budidaya mengakibatkan satwa ini semakin terancam punah.
Populasi trenggiling di alam yang semakin berkurang tentunya akan berpengaruh langsung pada ekosistem fauna karena trenggiling merupakan predator alamiah rayap dan semut. Jika populasi trenggiling terus berkurang, akan terjadi ledakan populasi rayap dan semut sehingga bisa memengaruhi keseimbangan ekosistem.
Abas (2002) dan Simon (2004) melaporkan, “telah ditemukannya perdagangan ilegal sejumlah 1200 ekor trenggiling untuk sekali angkut dengan kapal laut yang terjadi secara regular di wilayah Asia Tenggara”.
Gambar 4. Ilegal treding
Gambar 4. Ilegal treding
(Sumber: HMPS, 2013)
Negara Cina merupakan negara tujuan ekspor trenggiling yang paling banyak memanfaatkan satwa ini sebagai bahan obat. Produk trenggiling yang diperdagangkan tidak hanya berupa kulit, sisik, dan daging saja, tetapi juga dalam keadaan hidup. Selain itu, hal tersebut juga diperparah karena adanya pemulihan populasi yang tidak diikuti keberhasilan penangkaran trenggiling, karena secara alami trenggiling tidak dapat hidup dan berkembangbiak dengan baik di tempat penangkaran.
Melihat kondisi tersebut tentunya kalian akan sangat prihatin dengan keberadaan dan kelangsungan hidup trenggiling yang semakin lama semakin terancam keberadaannya. IUCN (International Union for Conservation of Natural Resources) mencantumkan trenggiling ke dalam red data book dengan kategori endangered. Sedangkan CITES (Convention of International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) mengkategorikan trenggiling ke dalam Appendiks II sejak 7 Januari 1975 (Inskipp dan Gillett, 2005).
status
Gambar 5. Status Konservasi Manis javanica (Critically Endangered )
(Sumber: www.iucnredlist.org)

Upaya Konservasi
Pemerintah dan semua pihak yang terkait perlu segera bertindak dalam upaya pelestarian trenggiling baik dengan konservasi in-situ maupun ex-situ. Menurut FAO (2002), kedua cara konservasi tersebut sangat diperlukan untuk upaya perlindungan sumber daya alam hayati. Selain itu juga diperlukan sosialisasi mengenai pentingnya satwa ini, terutama bagi kegiatan pendidikan, penelitian, wisata maupun keseimbangan ekosistem.
Penegakan hukum juga perlu diterapkan secara efektif untuk konservasi spesies ini. Proses identifikasi, verifikasi benteng konservasi terkonsentrasi, sosialisasi atau memberikan informasi mengenai status dan program-program pengurangan permintaan, terutama di negara Cina.
Menurut Franco dkk (2004), dengan mempelajari habitat asli trenggiling akan mendukung upaya pengelolaan di area pemeliharaan yang berbeda. Salah satu contoh konservasi in situ adalah program perbaikan ekosistem suatu kawasan yang dilindungi. Begitu pula dari segi konservasinya yaitu pentingnya satwa ini untuk hidup bebas di habitat aslinya. Penetapan kawasan konservasi, hutan lindung maupun suaka margasatwa merupakan daerah sebaran trenggiling yang perlu secepatnya dilakukan.
Sunda-pangolin-on-the-forest-floor                            Sunda-pangolin-walking-on-a-branch
“Kita tidak mewarisi bumi ini dari nenek moyang kita, kita meminjamnya dari dari anak cucu kita maka kembalikanlah secara utuh”.
So, mulai dari sekarang cintailah dan jagalah alam ini dengan ikut serta melestarikan kekayaan alam dan keanekaragaman hayati “flora dan fauna Indonesia” untuk anak cucu kita di masa mendatang.

Link Video :
http://www.youtube.com/watch?v=gz4HXyxcess&list=PLN1gzYBPAkKrWuoBzFQwBEtgiEcZilPxC
http://www.youtube.com/watch?v=FlbegynQJ6k&list=PLN1gzYBPAkKrWuoBzFQwBEtgiEcZilPxC&index=2

DAFTAR PUSTAKA
http://www.arkive.org 
http://www.iucnredlist.org.
http://www.savepangolins.org
http:///www.fao.org

Abas, A. 2002. 1,200 frozen pangolins seized at Westport. New Straits Times, Malaysia.
Corbet, G. dan Hill, J. 1992. Mammals of the Indomalayan region. Oxford: Natural History Museum, London and Oxford University Press.
Franco, AMA, I. Catry, W.J. Sutherland and J.M. Palmeirim. 2004. Do different habitat preference survey methods produce the same conservation recommendations for lesser kestrels? J. Animal Conservation 7: 291-300.
Himpunan Minat Profesi Satwaliar FKH IPB. 2013. “Pangolins; Know Them Well, Treat Them Right”. Seminar Nasiona 2013. Fakultas Kedokteran Hewan. IPB, Bogor.
Inskip, T dan Gillett,HJ. 2005. Checklist of CITES species and annoted CITES Appendices and reservations. CITES Secretariat and UNEP-WCMC, Geneva and Cambridge.
International Union for the Conservation Nature and Natural Resources. 2011. IUCN Red List of Thratened Animals. Cambridge, UK.
Lekagul B, dan McNeely. 1977. Mammals of Thailand. The Association for the Conservation ofWildlife, Bangkok.
Mike dan Briggs, P. 2006. The Encyclopedia of World Wildlife. Paragon Books.
Payne, J. dan Francis, C.M. 1998. A field guide to the mammals of Borneo. The Sabah Society, Kota Kinabalu.
Simon, A. 2004. 800 Pangolins Found at Factory. New Straits Times, Malaysia.
sumber disinih
baca juga 10 fakta trenggiling disinih
hamster, guppy, freelance, indonesia, jual hamster, jual guppy, jual hewan, jual tikus, jual kandang,
-visit us: @Mr_ikky and Friends-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

.comment-content a {display: none;}